Sabtu, 18 Agustus 2012


gambar: hujangede.blogspot.com
"persahabatan bagai kepompong,
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
pesahabatan bagai kepompong,
hal yang tak mudah berubah jadi indah"

Syair lagu yang dipopulerkan oleh Sindentosca di atas menunjukkan pada kita bahwa kebersamaan bersama sahabat sangatlah indah. Persahabatan bagai "mengubah ulat menjadi kupu-kupu". Perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu sering disebut dengan istilah metamorfosis. Secara harafiah, metamorfosis merupakan perubahan bentuk; peralihan bentuk. Dalam persahabatan tentunya ada perubahan bentuk atau susunan, Perubahan bentuk yang dimaksud tentunya perubahan bentuk tentang kepribadian. Bersama dengan sahabat, dinamika hidup lebih indah. Bersama sahabat dapat merasakan bahagia, dapat merasakan senang, bahkan dapat merasakan sedih. Bersama sahabat pula kita dapat belajar bermusuhan maupun bekerja sama.

Persahabatan bagai kepompong, "hal yang tak mudah berubah jadi indah". Banyak hal yang sulit terjadi dalam kehidupan kita. Namun bersama sahabat, hal sulit itu akan menjadi indah. Bersama sahabat, saling bekerja sama dalam mewangikan dunia meskipun dunia sekotor ini.

Siapakah sahabat kita?? Adakah seseorang yang kita anggap sahabat? Adakah orang lain yang menganggap kita sebagai sahabatnya? Apa arti sahabat itu menurut kita?
Jawablah dengan hati bukan hanya dengan pikiran!

read more "Persahabatan bagai Kepompong"

Jumat, 10 Agustus 2012


gambar: 3.bp.blogspot.com
"Orang Indonesia menjadi konsumtif karena campur tangan guru bahasa Indonesia!" demikian ungkap seorang rekan dengan konteks bercanda dalm sebuah obrolan "gojek kere".
Ungkapan bercanda tersebut ternyata ada benarnya juga setelah ditelusur lebih dalam. Ungkapan tersebut memuat makna yang dalam. Kok bisa?? itulah pertanyaan yang pertama kali muncul dalam hati, namun mau tidak mau akhirnya juga diungkapkan. Proses belajar formal pada umumnya bermula dari TK-SD-SMP-SMA, kemudian dilanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Coba kita jauh melihat ke belakang. Pada waktu TK, kita diajarkan untuk bermain, menghias sesuatu, mengenal hal di sekitar, dan lain sebagainya. Kemudian pada saat SD, guru mengajarkan pada kita untuk membaca, menulis, berbicara, dan bahkan mendengarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Coba kembali kita berpusat pada pembelajaran menulis waktu SD. Penahkah kita sadari bahwa guru dalam memberi pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis, pernah memberi contoh tulisan "IBU PERGI KE PASAR UNTUK MEMBELI SAYUR".
Kalimat yang sangat sederhana, namun apakah pernah kita melihat juga bahwa kalimat tersebut mengandung dampak yang besar? Apakah itu??
Coba kalau guru memberi contoh tulisan "IBU PERGI KE PASAR UNTUK BERJUALAN". Apakah ada dampak lain??

Sepengetahuan penulis, pola pikir seseorang mulai dibentuk sejak usia dini.



cerita ini hanya refleksi pribadi
tidak semuanya mempunyai pendapat yang sama tentang hal ini
mari kita saling melengkapi
heheheee

inspirasi dari: Mo Goeng
Mo Jok, Egha, Yayuk, Ria Riberu, Cintya, Sr. Rita
(perjalanan Jogja-Wonosari_susur pantai)


read more "Guru Bahasa Indonesia Melahirkan Masyarakat yang Konsumtif (?)"

Senin, 16 Juli 2012


foto: jimmysie.wordpress.com
"Apa yang terjadi pada detik ini, berpengaruh sangat besar pada detik-detik selanjutnya", nampaknya benar demikian terjadi. Di dalam sebuah kehidupan, hubungan dari waktu ke waktu sangatlah menentukan masa depan. Apa yang terjadi saat lalu sekecil apapun itu, telah membuat kita menjadi saat ini. Apa yang terjadi saat ini sekecil apapun itu, akan berpengaruh pada masa depan kita.

Bayangkan kalau kita tidak punya masa lalu, apakah kita akan menjadi seperti saat ini? Tentu tidak! Apapun yang terjadi tidak perlu disesali, karena semua itu yang menjadikan kita menjadi seperti ini. "Pengalaman adalah guru yang paling baik", mungkin kalimat inilah yang pas untuk itu. Misalnya saja dalam hal cinta. Kalau kita masih bersamanya sampai saat ini, apakah kita akan jadi seperti ini? Kalau kita masih bersamanya sampai saat ini, apakah juga kita juga akan seperti ini? Pertanyaan klasik yang perlu menanyakan pada batin kita untuk menjawabnya.

Kadang sering kali orang berlarut-larut menyesali apa yang terjadi padanya hingga tidak mau makan, tidak mau bekerja, bahkan ada juga yang nekat untuk mengakhiri hidupnya. Apakah hal itu perlu dilakukan? Tentu harusnya tidak! "Nasi sudah menjadi bubur, tapi bubur itu juga bisa mengenyangkan" kata seorang motivator. Tidak ada yang perlu disesali, kita menjadi seperti ini karena kita pernah jatuh, pernah bangkit, dan pernah berdinamika dalam kehidupan.
read more "Menyesal?? Tidak Perlu!"
 

Pengunjung Ke :

Follower

Mengenai Penulis