Minggu, 25 Agustus 2013


arjuna-xi-ips-1.blogspot.com
Tertawa kecil sering dialami penulis saat melihat siaran sepakbola. Mereka semangat dalam saling berebut bola dan ingin memasukkan bola ke dalam gawang lawan.

Namun ada hal yang sedikit membuat risih dan tertawa kecil saat adanya pergantian pemain. Pemain pengganti yang masih berada di luar lapangan, biasanya bersama asisten wasit telah dicek kelngkapannya. Seperti kuku yang tidak panjang, kelengkapan diri dalam bermain, penampilan kostum yang rapi dan sebagainya. Namun, setelah pemain pengganti memasuki lapangan, hal jelek lah yang sering terjadi. Sambil lari mereka "mengeluarkan baju" dari keadaan semula yang rapi di hadapan asisten wasit.

Aduhhh Bung! Kenapa Anda rapi dan berbaik-baik kalau di depan orang, sedangkan saat Anda beranjak pergi, Anda melakukan hal yang bertolak belakang. Penulis kurang mengerti apakah ini sebuah tradisi, atau sebagai gaya-gayaan pemain saja. Namun yang penulis rasakan adalah bahwa itu sebuah hal yang sangat menggelitik.

read more "Sungguh Menggelitik (?)"

Selasa, 20 Agustus 2013


3.bp.blogspot.com
Suatu sore, sebuah forum memutuskan untuk mengirim penulis ke sebuah kawasan di Belitang, Sumatera Selatan. Pagi hari setelah keputusan itu, penulis pun mencari tiket dan sore harinya berangkat ke tempat tujuan. Bingung dan was-was menyelimuti dalam perjalanan karena penulis belum mengetahui lokasi pasti daerah tersebut.

Pukul 03.00 WIb, tibalah di sebuah pul bis. Penulis pun bertanya kepada seseorang tentang lokasi yang akan dituju. Secara sepihak, penulis mencoba jalan kaki agar cepat sampai tujuan dan sampai di lokasi dengan cepat dengan harapan lain bisa istirahat terlebih dahulu sebelum memulai tugas. Sejengkal menginjakkan kaki, seorang penumpang lain menghalangi dan berkata "Mas, disini bukan seperti Jawa. Rawan. Tunggulah sampai jam 05.00. Nanti ada ojek, ngojeklah". Dengan perkataan itu, penulis mengurungkan niatnya dan sedikit memikirkan perkataan itu. Pukul 05.00 WIB tiba, dan benarlah banyak ojek.  Kemudian ngojek sampai tempat tujuan.

Tiba-tiba seorang teman menghubungi, karena penilis mengeshare bahwa penulis mengunjungi sebuah tempat. Ternyata tempat itulah dekat dengan rumahnya. Awalnya khawatir karena sendiri, namun keluarga teman membantu untuk menampung dan memberi fasilitas yang sangat membantu tugas. Sungguh luar biasa, dari awal ketakutan karena sendirian, namun relasi sangat membantu dalam segala hal. Patut disyukuri bahwa teman, saudara yang menjadi rela
si memang perlu untuk saling membantu.Acara demi acara terlewati. Tugas pun sudah dilaksanakan.

Hari ke empat di tanah orang, penulis mencoba jalan-jalan di daerah sekitar. Saat melewati sebuah kantor Polisi, ada tertulis dalam banner "Pengendara sepeda motor lewat tanggul irigasi. Lewat jalan BK tidak ditanggung keamanannya". Itulah sepenggal kalimat, yang kurang lebihnya seperti itu. Penulis tidak tahu pastinya karena terlewat begitu saja. Benar saja memang daerah yang penulis datangi bisa dikatakan "rawan kejahatan".

Lagi-lagi keluarga teman yang sudah menganggap saudara sendiri memberi kenyamanan dan perlindungan. Meskipun tempat dan lokasi rawan, namun penulis merasakan kedamaian di keluarga tersebut. Memang benar bahwa kita ini adalah makhluk sosial, membutuhkan orang lain! Selagi kita masih bisa berbagi dan berinteraksi dengan orang lain. Jenjang sosial dan siapapun itu. Silakan berbuat baik dan menerima kebaikan.

Refleksi sederhana
Tugas Perjalanan di Belitang, Sumsel, BK IX, X
Thanks spesial Bapak Ibu Romlan (orangtua Adi Anggara)
read more "Relasi Sangat Membantu"

Minggu, 04 Agustus 2013


priseli, della, monica, ludmilla, cindy a., tiffany
Secara harafiah belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI). Namun seiring berjalannya waktu, muncul beberapa pertanyaan:

"Apa definisi belajar yang Anda ketahui saat ini?"

"Kepandaian atau ilmu apakah hanya sebatas memiliki pengetahuan?"

"Kepandaian atau ilmu apakah hanya sebatas pembelajaran formal di sekolah?

"Kepandaian atau ilmu apakah hanya diperoleh dari bapak ibu guru di sekolah?"

Rasanya kepandaian atau ilmu bisa diperoleh di mana saja kita berada. Orang di sekitar kita, lingkungan merekalah fasilitas atau media untuk memperoleh kepandaian dan ilmu, hanya saja peran dari masing-masing berbeda.

Alahkah berbahagia apabila mendapatkan lokasi yang sangat tepat dan membantu kita untuk benar-benar mendapatkan kepandaian atau ilmu tersebut. Orang di sekitar kita, lokasi, lingkungan sangatlah perlu. Maka dari itu Apa yang terjadi pada detik ini berpengaruh sangat besar pada detik-detik selanjutnya (Ag. Suprimanto). Apa yang kita alami saat ini dari orang dekat kita dan lingkungan sekitar menentukan diri kita selanjutnya.

Namun, semua itu tidak bisa kita pilih. Kita tidak bisa memilih tempat yang sangat ideal bagi kita. Selalu ada permasalahan di tempat tersebut. Apakah itu mengganggu proses kita?? Saya rasa jawabannya TIDAK! Sebab di situlah kita bisa belajar lebih baik. Norman VIncent Peale pernah berkata "Apapun fakta yang ada di depan kita tidak lebih penting dari sikap kita dalam menghadapinya, karena itulah yang menentukan keberhasilan atau kegagalan kita".
read more "Belajar yang Sesungguhnya"

Jumat, 02 Agustus 2013


trisi, debora, nia, indah, dera, meidy
Gebrakan memang kadang tak luput dari pro dan kontra. Secara alami manusia sebagai makhluk sosial terkadang sulit untuk menerima perubahan. Namun, tidak sedikit pula yang mengapresiasi perubahan tersebut.

Sebuah pengalaman pribadi, ketika perdana bekerja di instansi swasta di Ibu Kota banyak pemikiran untuk menanamkan sesuatu yang lebih indah daripada sebuah rutinitas yang terkadang sudah dianggap biasa. Namun sayang, belum tuntas untuk menuangkan pikiran tersebut harus merelakan diri pindah ke tempat yang lain.

Suatu ketika dalam sebuah forum guru Bahasa Indonesia se Tangerang, penulis belajar banyak dari guru-guru yang lain. Saat itu saling sharing penerapan metode pembelajaran di sekolah masing-masing. Ada seorang guru mengatakan "rutinitas dan yang tidak ada gunanya, sudah saatnya untuk dihilangkan mulai saat ini!". Sebuah ungkapan yang sederhana, namun membuat penulis berpikir keras atas pernyataan sederhana itu. Setiap hari tak lupa selalu mencoba mencerna pernyataan itu. Tibalah saatnya penulis mengerti apa yang dimaksudnya. Mencoba dari hal sederhana, mengubah bentuk laporan dari paper menjadi sebuah majalah maupun koran.

Dengan hal itu ternyata nilai kegunaan dan kreativitasnya lebih tinggi. Di samping mereka mengumpulkan tugas, namun mereka juga belajar untuk mengerti cara membuat koran dan majalah. Memang awalnya mereka merasa tidak sanggup, merasa berat, namun lihatlah suatu saat nanti itu pasti akan berguna entah dari sisi pengalaman maupun intelektualitasnya.

read more "Pentingnya Perubahan"
 

Pengunjung Ke :

Follower

Mengenai Penulis